Thursday, November 14, 2019

Nikmat Melihat


Cobalah bercermin. Apakah kamu melihat wajahmu?
Apa membuatmu bisa melihat dirimu di depan cermin?
Ya, dua mata yang Allah titipkan kepada kita.  Tidak ada yang kita miliki termasuk mata yang kita gunakan untuk melihat. Semua adalah titipan dari Allah. Maka adakalanya Allah mengambil kembali titipannya. 

Mata berguna untuk melihat. Tapi untuk melihat apa?
Ada saatnya mata akan menjadi saksi atas apa yang selama ini kita lihat.  Ada saatnya kita akan diminta pertanggungjawaban. Digunakan untuk melihat apa saja mata kita?

Bagaimana dengan yang buta? Mereka pun dapat melihat. Melihat dengan hati. Allah masih titipkan nikmat berupa hati dan kepekaan dari indra lainnya.

Mendung


Mendung itu tanda
Tapi terkadang tanda itu tidak pasti
Maka siapkan dua payung
Payung sabar dan syukur

Payung tidak akan menghentikan hujan
Tapi payung membuat kita tetap berjalan
Payung tidak akan membuat  matahari menghilang
Tapi tubuh kita terlindungi dengan bayangan

Mendung tak akan semendung apa yang terlihat
Jika hati tetap cerah memandangnya
Meyakini kebesaran ciptaan-Nya
Memahami hakikat penciptaan-Nya

Mendung datang membawa kabar bahagia
Mengobati rindu akan datangnya hujan
Mendung datang membawa kabar duka
Jika hujan yang datang membawa petaka


Monday, November 11, 2019

Menanti Cinta

Ku yakin cinta itu masih ada dalam hatimu.
Tersimpan rapi hingga aku tak dapat melihatnya.
Meski ku lihat dirimu kini berubah.
Tapi ku yakin cintamu tetap utuh.
Ku yakin suatu saat kau akan menampakkan kembali cintamu.
Kau akan kembali menemuiku karena rindu.
Seperti rindumu dulu yang menanti  kehadiranku.
Dan kau bahagia saat tangisanku mulai pecah.

 Saat ku melihatmu, kau menjadi cinta pertamaku.
Kau yang mengenalkan aku pada cinta-Nya.
Kau yang mengenalkan aku pada-Nya.
Kau lindungi aku. Kau jaga aku.
Meski pada akhirnya kau harus melepaskanku.

Sunday, November 10, 2019

Membuka Mata Membuka Pikiran


Akhirnya hari liburnya libur. Bagi Uci hari libur itu biasanya tetap ada aktivitas. Dalam artian waktu untuk diri sendiri dan keluarga masih kurang. Nah, hari ini Uci pergi ke Gasibu. Disini Uci banyak melihat berbagai hal. Dan dengan melihat semua ini, pikiran Uci terbuka. Baru  saja turun dari angkot. Pemandangannya sudah terlihat begitu ramai. Kanan kiri jalan dipenuhi para pedagang. Belum lagi para pedagang yang menjajakan dagangan dengan berkeliling. Begitu para para pengemis, pengamen dan bahkan juga pencopet.

 Disaat orang mencari rizki yang halal disini , ada juga yang mencarinya dengan cara yang tidak tepat. Mengambil barang yang bukan haknya. Belum jauh perjalanan saya untuk mengelilingi tempat ini. Saya sudah di ingatkan oleh para pedagang disini untuk berhati-hati. Katanya rawan  terjadi pencopetan.  Kawasan ini memang begitu ramai. Untuk berjalan pun harus berdesak-desakan.  Para pedagang dan pencopet sama-sama mencari rizki. Tapi yang membedakan adalah caranya. Mungkin bisa sama-sama mendapat rizki. Tapi apa akan mendapatkan keberkahan?

Di tempat ini ada berbagai macam dagangan. Mulai dari makanan, minuman ,pakaian, sandal, selimut, dan juga yang lainnya. Yang cukup bervariasi namun harganya terjangkau . Yang berbelanja disini pun dari berbagai kalangan. Harga yang diberikan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan. Masalah kualitas, asalkan bisa pintar-pintar memilih insya Allah akan mendapatkan kualitas yang bagus juga dengan harga terjangkau. 

Disini orang-orang ternyata bukan hanya mencari rizki. Tapi juga mencari kebahagiaan dan kehangatan bersama keluarga. Ada sepasang suami istri yang bercengkrama sambil berjalan-jalan. Terdengar tawanya yang begitu renyah. Terlihat anak-anak sedang bermain ditemani oleh kedua orang tuanya. Ada yang menikmati jajanan dengan nikmatnya. Sederhana, murah tapi mengenyangkan dan bisa membahagiakan orang yang disayangi.

Setelah melihat berbagai hal hari ini Uci menyimpulkan bahwa untuk bahagia itu sederhana. Bagi orang yang sibuk maka waktu adalah yang paling dibutuhkan. Waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Hanya dengan jalan-jalan sebentar bersama keluarga ke tempat yang  sederhana sekalipun itu sudah bisa membahagiakan karena yang dibutuhkan adalah waktu.

Friday, November 8, 2019

Bertandang


Kau tinggalkan rumah ini
Setelah kau serasa terusir
Padahal kau sudah merasa nyaman
Dan ingin memilikinya

Setelah sekian lama
Kini kau kembali bertandang ke rumah ini
Rumah yang kini tak ada penghuninya
Kau coba ketuk dan melempar salam
Berharap ada yang menyahut

Saat pemilik rumah mengizinkanmu masuk
Maka kau bergegas  masuk
Kini kau menetap di rumah ini
Tak lagi menjadi tamu
Namun pemilik

Tuesday, November 5, 2019

Kejutan dari-Nya

Berbagai episode telah dilalui
Tak berputus asa atas rahmatnya
Selalu berprasangka baik pada Rabb-Nya
Saat semua diserahkan pada pemiliknya
Pemiliknya yang menyerahkan padanya

Pertemuan berujung pada perpisahan
Perpisahan berujung pada pertemuan 
Sabar pun akhirnya bertemu dengan syukur
Air mata duka dihapus oleh air mata bahagia

Senyuman tak bosan ada di bibir
Mata tak mampu berbohong
Tangan tak berhenti menengadah
Memohon ridha-Nya


Monday, November 4, 2019

Sambut Hujan dengan Sabar dan Syukur



Panjangnya musim kemarau tahun ini, tentu membuat kita rindu dengan datangnya hujan.  Kini hujan  telah datang.  Mari sambut hujan dengan sabar dan syukur. Mari tersenyum sambil menengadahkan tangan lalu berdo’a ,
“Allahumma shoyyiban naafi’an  (Ya Allah turunkan kepada kami hujan yang bermanfaat)”

Semua yang Allah ciptakan, insya Allah baik untuk kita. Termasuk hujan. Hujan sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Kebutuhan air kita dapatkan dari hujan pada suatu siklus.  Air untuk minum. Air untuk memasak. Air untuk mandi. Air untuk mencuci. Air untuk pengairan sawah, kebun dan tamanan lainnya. 

Datangnya hujan adalah berkah. Coba bayangkan. Datangnya hujan menjadi peluang datangnya rizki . Ojeg payung bermunculan kembali. Para pedagang payung dan jas hujan mulai dicari. Pedagang makanan dan minuman seperti bakso dan bandrek mulai digemari lagi. Banyak yang perlu kita syukuri dengan datangnya hujan.

Lalu bagaimana jika hujan lebat yang khawatir menimbulkan dampak bahaya. Rasulullah SAW mencontohkan kita untuk berdo’a,
Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].” (HR. Bukhari no. 1014)

            Kita perlu menyambut musim hujan ini juga dengan sabar. Sabar bukan berarti hanya diam. Kita perlu siap siaga dengan segala kemungkinan yang ada. Misalnya membawa payung, jas hujan, menggunakan sepatu yang tepat dan lain-lain.


Nikmat Melihat